Tawuran
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering
digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian
atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun
masyarakat. Sebab tawuran ada beragam, mulai dari hal sepele sampai hal-hal
serius yang menjurus pada tindakan bentrok.
Faktor internal dapat sedikitnya 4
faktor psikologis mengapa seorang remaja, masyarakat dan kelompok terlibat perkelahian:
1. Remaja,
kelompok, atau masyarakat yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu
melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini
berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua
rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini
biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada masyarakat yang terlibat
perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi
itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat
melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap
masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah.
Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik
batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan
orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat
membutuhkan pengakuan.
2. Faktor
keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada
anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar
bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar
kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu
melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak
mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung
dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap
kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor
sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus
mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai
dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak
merangsang remajanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton,
peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas
praktikum, dsb.) akan menyebabkan remaja lebih senang melakukan kegiatan di
luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di
mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan
sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang
sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam
“mendidik” remaja
4. Faktor
lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari yang di
alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan
rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk
(misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering
menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh
kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari
lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk
munculnya perilaku berkelahi / tawuran..
Dampak/Akibat Terjadinya Tawuran
Jelas
bahwa Tawuran ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori
dampak negatif dari Tawuran . Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat
perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami
cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan
fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah,perekonomian masyarakat.
Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan, adalah berkurangnya
penghargaan masyarakat terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup
orang lain. Para remaja itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling
efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan
apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki
konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di
Indonesia
Upaya pencegahan Tawuran:
- Memisahkan antara perseteruan warga atau mahasiswa
yang sudah lama berkelahi
- Memberikan penyuluhan kepada warga masyarakat yang
dimulai dari tingkat yag lebih kecil terlebih dahulu
- Melakukan penjagaan ditempat-tempat yang dianggap
rawan
- Apabila ada permasalahan yg serius dibicarakan
terlebih dahulu, tidak memerlukan kekerasan
download materi disini
No comments:
Post a Comment